Sakit
yang sudah diRencanakan...
Hidup itu pilihan... kita mau
menyakiti orang lain atau kita yang disakiti orang lain. Tinggal kita yang
memutuskan, akan menjadi seorang yang antagonis atau protagonis. Terkadang hidup
memaksa kita untuk melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan. Seperti halnya
dalam menjalin suatu hubungan percintaan.
Dalam
menjalin suatu hubungan, pastilah kita mencari kata nyaman. Yups... kenyamanan
dalam suatu hubungan itulah yang terpenting. Sebagian besar orang menjalin
suatu hubungan pastilah didasari dengan rasa sayang, cinta dan saling percaya.
Tapi, sebagian dari mereka, menganggap pacar hanyalah sebuah status. Buat apa
kita punya pacar kalo hanya untuk pajangan di akun sosmed? Biar apa.. untuk dipamerin
ke orang lain, untuk menegaskan kalo kita engga
jomblo, atau pacar hanya sebuah pelarian dari masalah satu ke masalah yang lain...
Entahlah..
Aku mengenal sosok perempuan yang menurut aku
begitu hebat, karena dia bisa mengubah hidupku. Dia datang kedalam hidupku,
membuat aku nyaman, memberi harapan yang lebih untuk kedepannya. Baru kali ini
aku menjalin hubungan se’nyaman yang aku rasakan. Kita berjalan sesuai dengan
apa yang aku dan dia harapkan, banyak canda tawa, saling melengkapi dan kita
sama-sama belajar tentang pentingnya arti kehidupan. Tapi semua itu hanyalah
cerita pendek dalam kehidupanku, bahkan kita sudah tau ujung dari cerita cinta kita diawal
hubungan kalo kita ga mungkin bersatu karena sebuah “perbedaan”. Memang sungguh bodoh,
kita berjalan tapi kita sudah tau kalo ujungnya kita ga mungkin bisa bersatu
untuk selamanya. Yaa.. perbedaan keyakinan yang menjadi masalah utama dalam
hubungan kita. Kenapa sih, sekalinya udah dapet yang bikin nyaman, bisa bikin
tawa dan mantap dihati, harus beda agama? Mungkin perasaan dan rasa saling
memilliki sudah mengalahkan logika, kalo kita ga mungkin bisa bersatu. Sempat aku kecewa, tapi mau kecewa dengan
siapa... sungguh sakit yang benar-benar sudah kita rencanakan, tinggal menunggu
kapan datangnya dan aku pun harus siap dengan keadaan ini..
Aku
hanya bisa mengambil pelajaran, bahwa membahagiakan orang yang kita sayangi
tidak harus selalu ada disamping dia. Keadaan menuntut aku untuk meninggalkan
dia, sungguh itu bukan kemauan aku. Kadang aku kangen dengan masa-masa dimana
kita bersama, melepas canda tawa, saling mengingatkan untuk makan, memberi
semangat dalam menjalani hidup, tapi itu semua harus aku tinggalkan. Aku pergi
demi kebaikan kita bersama.. Aku percaya kalo didepan, Tuhan sudah mempersiapkan
seseorang yang lebih baik dan yang se’Iman tentunya.. Amiinn.. J