Selasa, 24 Juni 2014

Bimbang...


Sakit yang sudah diRencanakan...
            Hidup itu pilihan... kita mau menyakiti orang lain atau kita yang disakiti orang lain. Tinggal kita yang memutuskan, akan menjadi seorang yang antagonis atau protagonis. Terkadang hidup memaksa kita untuk melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan. Seperti halnya dalam menjalin suatu hubungan percintaan.
Dalam menjalin suatu hubungan, pastilah kita mencari kata nyaman. Yups... kenyamanan dalam suatu hubungan itulah yang terpenting. Sebagian besar orang menjalin suatu hubungan pastilah didasari dengan rasa sayang, cinta dan saling percaya. Tapi, sebagian dari mereka, menganggap pacar hanyalah sebuah status. Buat apa kita punya pacar kalo hanya untuk pajangan di akun sosmed? Biar apa.. untuk dipamerin ke orang lain, untuk menegaskan kalo kita engga jomblo, atau pacar hanya sebuah pelarian dari masalah satu ke masalah yang lain... Entahlah..
 Aku mengenal sosok perempuan yang menurut aku begitu hebat, karena dia bisa mengubah hidupku. Dia datang kedalam hidupku, membuat aku nyaman, memberi harapan yang lebih untuk kedepannya. Baru kali ini aku menjalin hubungan se’nyaman yang aku rasakan. Kita berjalan sesuai dengan apa yang aku dan dia harapkan, banyak canda tawa, saling melengkapi dan kita sama-sama belajar tentang pentingnya arti kehidupan. Tapi semua itu hanyalah cerita pendek dalam kehidupanku, bahkan kita sudah  tau ujung dari cerita cinta kita diawal hubungan kalo kita ga mungkin bersatu karena sebuah “perbedaan”. Memang  sungguh bodoh, kita berjalan tapi kita sudah tau kalo ujungnya kita ga mungkin bisa bersatu untuk selamanya. Yaa.. perbedaan keyakinan yang menjadi masalah utama dalam hubungan kita. Kenapa sih, sekalinya udah dapet yang bikin nyaman, bisa bikin tawa dan mantap dihati, harus beda agama? Mungkin perasaan dan rasa saling memilliki sudah mengalahkan logika, kalo kita ga mungkin bisa bersatu.  Sempat aku kecewa, tapi mau kecewa dengan siapa... sungguh sakit yang benar-benar sudah kita rencanakan, tinggal menunggu kapan datangnya dan aku pun harus siap dengan keadaan ini..
Aku hanya bisa mengambil pelajaran, bahwa membahagiakan orang yang kita sayangi tidak harus selalu ada disamping dia. Keadaan menuntut aku untuk meninggalkan dia, sungguh itu bukan kemauan aku. Kadang aku kangen dengan masa-masa dimana kita bersama, melepas canda tawa, saling mengingatkan untuk makan, memberi semangat dalam menjalani hidup, tapi itu semua harus aku tinggalkan. Aku pergi demi kebaikan kita bersama.. Aku percaya kalo didepan, Tuhan sudah mempersiapkan seseorang yang lebih baik dan yang se’Iman tentunya.. Amiinn.. J